Selasa, 23 Desember 2008

TRANSFER PLASENTA DAN SIRKULASI JANIN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada beberapa misteri tentang apa yang terjadi di dalam kandungan ibu. Dua hal yang sejak lama diamati dan seakan tak ada habisnya untuk dikuak adalah bagaimana embrio tumbuh dan berkembang menjadi bayi, dan perilaku janin di dalam kandungan.
Ketika teknologi kedokteran masih tradisional, manusia mempelajari banyak hal dengan mengambil analogi binatang. Pertumbuhan embrio yang bisa diamati dari hari ke hari secara mudah adalah telur ayam. Telur ayam dalam eraman dapat dipecah dari hari ke hari dengan mudah. Namun, perilaku anak ayam tetap tidak dapat diamati. Pada manusia tidak semudah itu, apalagi perilakunya jauh lebih kompleks.

Mulanya untuk melihat bagaimana wujud manusia ketika masih dalam kandungan, harus menunggu sampai ada kasus dengan abortus atau kelahiran prematur. Agar bisa diamati secara visual, hasil kehamilan harus ada di luar.
Tentang bagaimana perilaku di dalam kandungan juga masih menupakan misteri. Menggunakan pengindraan eksternal seperti ultrasound (USG) juga bukan suatu pengamatan langsung, meskipun teknologi dan resolusi gambaran ultrasound semakin bagus. Dengan ultrasound, gambar yang didapat merupakan konversi pengindraan digital, bukan suatu gambar yang benar-benar nyata.

Cara untuk melihat langsung ke dalam rahim adalah dengan fetoskop, yang diperkenalkan pertamakali pada tahun 1954 oleh Westin. Saat itu hanya coba-coba saja dan bukan dengan alat khusus. Upaya coba-coba terus dilakukan banyak orang sampai awal tahun 1970, ketika Quintero menggunakannya secara intensif, baik untuk diagnostik dan keperluan operatif.

Saat itu fetoskop berupa seperti batang teropong serat optik yang dimensinya relatif besar, sehingga hanya dipakai untuk suatu kepentingan yang singkat. Alat ini juga hanya bisa dipakai kalau rahim sudah cukup besar.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang sebenarnya terjadi pada janin pada saat berada didalam kandungan dan apa peranan plasenta terhadap janin tersebut

1.3 Tujuan Penulisan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakn integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, bentuk pelayanan bio-psiko-sosial. Oleh karena itu dengan penulisan makalah ini bertujuan untuk mempermudah dalam memberi penjelasan dan pemahaman secara ilmiah, apa yang sebenarnya terjadi pada janin pada saat di dalam kandungan. Makalah ini mempunyai tujuan utama yaitu memberikan informasi tentang proses perkembangan janin dan fungsi plasenta.
1.3 Studi Pustaka
Penulisan ini menggunakan metode kuantitatif, penggunaan literatur yang relevan dengan topik penulisan. Penulisan ini diawali dengan melakukan penelusuran dan pencarian berbagai literatur yang relevan secara ekstensif berdasarkan studi yang akan diteliti. Kegiatan ini bertujuan menfasilitasi kebutuhan dalam penulisan dan membantu penulis untuk merencanakan pembahasan masalah dan menelaah fenomena yang terjadi.










BAB II
PEMBAHASAN

TRANSFER PLASENTA DAN SIRKULASI JANIN

A. Pembentukan plasenta

Pada hari 8-9, perkembangan trofoblas sangat cepat, dari selapis sel tumbuh menjadi berlapis-lapis. Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan sinsitiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya saling berhubungan. Stadium ini disebut stadium berongga (lacunar stage).

Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium makin dalam kemudian terjadi perusakan endotel kapiler di sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna) tersebut dialiri masuk oleh darah ibu, membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya sistem sirkulasi uteroplasenta / sistem sirkulasi feto-maternal.
Sementara itu, di antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser, terbentuk sekelompok sel baru yang berasal dari trofoblas dan membentuk jaringan penyambung yang lembut, yang disebut mesoderm ekstraembrional.

Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas disebut mesoderm ekstraembrional somatopleural, kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic plate).
Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac disebut mesoderm ekstraembrional splanknopleural.

Menjelang akhir minggu kedua (hari 13-14), seluruh lingkaran blastokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah ibu.
Meski demikian, hanya sistem trofoblas di daerah dekat embrioblas saja yang berkembang lebih aktif dibandingkan daerah lainnya.


Di dalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celah yang makin lama makin besar dan bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan kandung kuning telur makin jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion (chorionic space)
Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan sitotrofoblas mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium, membentuk sekelompok sel yang dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot primer (primary stem villi). Jonjot ini memanjang sampai bertemu dengan aliran darah ibu.

Pada awal minggu ketiga, mesoderm ekstraembrional somatopleural yang terdapat di bawah jonjot-jonjot primer (bagian dari selaput korion di daerah kutub embrional), ikut menginvasi ke dalam jonjot sehingga membentuk jonjot sekunder (secondary stem villi) yang terdiri dari inti mesoderm dilapisi selapis sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas.

Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik yang dimilikinya, mesoderm dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadinya hanya selular kemudian menjadi suatu jaringan vaskular (disebut jonjot tersier / tertiary stem villi) (selanjutnya lihat bagian selaput janin).

Selom ekstraembrional / rongga korion makin lama makin luas, sehingga jaringan embrional makin terpisah dari sitotrofoblas / selaput korion, hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang kemudian menjadi tangkai penghubung (connecting stalk). Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat.

Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring dengan perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuklah komponen sirkulasi utero-plasenta.
Melalui pembuluh darah tali pusat, sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin. Meskipun demikian, darah ibu dan darah janin tetap tidak bercampur menjadi satu (disebut sistem hemochorial), tetap terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.

Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan dengan komponen sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat. Sistem tersebut di

B. Transfer Plasenta

Plasenta adalah akarnya janin untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam rahim. Karena itu plasenta sangat penting artinya untuk menjamin kesehatan janin dalam rahim. Plasenta berfungsi sebagai alat nutritif yaitu alat untuk menyalurkan bahan nutrisi dari ibu ke janin dan biasa disebut plasenta sebagai transfer (placenta transfer)
Fungsi plasenta adalah menjamin kehidupan dan pertumbuhan janin yang baik.
1. Nutrisi : memberikan bahan makanan pada janin
2. Ekskresi : mengalirkan keluar sisa metabolisme janin
3. Respirasi : memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin
4. Endokrin : menghasilkan hormon-hormon hCG, HPL, estrogen,progesteron, dan sebagainya
5. Imunologi : menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin
6. Farmakologi : menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan janin, yang diberikan melalui ibu.
7. Proteksi : barrier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat-zat toksik (tetapi akhir2 ini diragukan, karena pada kenyataanya janin sangat mudah terpapar infeksi / intoksikasi yang dialami ibunya).





C. Sirkulasi Janin

Sirkulasi janin berbeda dengan orang dewasa, karena adanya plasenta yang menjadi sumber nutrisi dan oksigen yang disalurkan melalui tali pusat. Vena umbilikal yang tunggal masuk ke abdomen kearah hati, bercabang ke v. porta dan cabang besar langsung ke vena kava inferior. Darah yang masuk ke jantung merupakan darah arteri yang masuk melalui duktus venosus namun bercampur dengan darah dari vena kava. Dengan demikian kadar oksigen pada vena kava inferior akan lebih rendah dari kadar di tali pusat tetapi masih lebih tinggi dari kadar di vena kava superior.

Janin memperoleh oksigen dari plasenta karena fungsi paru belum berkembang. Sirkulasi janin diatur oleh tiga komponen penting, yaitu duktus venosus, foramen ovale, dan duktus arteriosus. Sirkulasi janin dimulai dari plasenta yang menukar hasil akhir metabolisme dengan sumber energi dan metabolisme baru seperti oksigen, glukosa, asam amino, asam lemak, cairan, dan elektrolit. Darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian masuk ke vena hepatika dan sebagian lagi masuk ke duktusvenosus menuju vena kava inferior. Dari vena kava inferior, 1/3 darah akan masuk ke atrium kiri, ventrikel kiri, dan aorta., sedangkan 2/3-nya lagi akan masuk ke atrium kanan, ventrikel kanan, dan A.pulmonalis. Hal ini disebabkan oleh muara vena kava inferior terdapat di septum interatrium. Darah dari ventrikel kanan sebagian kecil akan ke paru, sebagian lainnya akan masuk ke aorta desenden melalui duktus arteriosus yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desenden.

Sebagian besar darah yang dari vena kava inferior masuk ke jantung akan menuju foramen ovale yang terbuka ke atrium kiri, hal ini dimungkinkan karena adanya crista dividens. Hampir tidak ada darah dari vena kava superior yang melalui foramen ovale, melainkan akan menuju ventrikel kanan. Darah yang masuk ke atrium kiri merupakan darah ‘arteri’ yang akan langsung ke ventrikel kiri dan kemudian ke sirkulasi besar, terutama memperdarahi organ penting yaitu jantung dan otak. Sementara itu darah vena yang datang dari vena kava superior masuk ke jantung kanan, dipompa ke sirkulasi pulmoner, sebagian akan di pirau (shunt) melalui duktus arteriosus ke aorta desenden.
Penelitian pada domba dan manusia menunjukkan bahwa model tersebut hampir sama. Pengukuran curah jantung pada janin domba bervariasi, berkisar pada : 225 ml/kg (Assali dkk, 1974). Curah jantung yang jauh lebih tinggi dari orang dewasa, dipengaruhi oleh denyut jantung yang tinggi sementara tahanan perifer rendah.
Sebelum kelahiran resistensi vaskuler pulmoner yang tinggi menyebabkan tekanan arteri yang tinggi sementara arus darah sangat sedikit. Dipihak lain resistensi pada duktus arteriosus dan sirkulasi umbiliko-plasenta adalah rendah, hal ini mengakibatkan keseluruhan sirkulasi janin. Dengan demikian dibuktikan pada domba separuh dari curah kedua ventrikel akan menuju plasenta. Distribusi curah jantung tersebut ialah : 40% ke plasenta, 35% ke karkas, otak 5%, gastrointestinal 5%, paru 4%, ginjal 2%, limpa 2%, dan hati 2% (Rodolph dan Heymann, 1968). Darah balik ke plasenta akan melalui 2 arteri hipogastrika yang bersambung ke arteri umbilikal.

Darah Janin
1. Hematopoesis

Pada awal embrio hematopoesis terdapat di yolk sac, kemudian akan berkembang di hati dan akhirnya di tulang sumsum (gambar 1). Bermula eritrosit janin berinti dan makrositik, namun sejalan dengan perkembangan janin ia menjadi tak berinti. Volume darah berkembang demikian juga kadar hemoglobin. Kadar Hb pada pertengahan kehamilan ialah 15 g/dl dan pada akhir kehamilan menjadi lebih tinggi yaitu 18 g/dl. Sebaliknya kadar retikulosit menurun menjadi hanya 5% pada aterm; usia eritrosit janin ternyata hanya 2/3 dari eritrosi t dewasa, sedangkan pada janin yang lebih muda usianya jauh lebih pendek. (Person, 1966). Hal ini berkaitan dengan jumlah eritrosit yang banyak sekali dan dianggap sebagai ‘eritrosit stres’. Secara struktural dan metabolik memang eritrosit janin berbeda, mudah lentur agar menyesuaikan dengan viskositas tinggi, dan mengandung beberapa enzim untuk tujuan yang beda.



2. Eritropoesis

Bila dalam keadaan anemik janin dapat membuat eritropoetin dalam jumlah banyak dan di ekskresi kedalam cairan amnion (Finne, 1966 ; Sivny dkk, 1982). Peran eritropoetin dalam eritropoesis dilaporkan oleh Zanjanin dkk, 1974. Dengan menyuntikkan eritropoetin, maka retikulosit pada domba akan menurun dan berkurangnya radioiron pada eritrosit; sebaliknya kondisi anemia akan meningkatkan kadar materi eritropoetin; agaknya sumber eritropoetin yang banyak ialah hati dan bukan ginjal. Setelah kelahiran, umumnya kadar eritropoetin tak dapat dilacak sampai 3 bulan.

Volume darah janin

Jumlah volume darah janin manusia sukar ditentukan. Usher dkk, 1963 mengukur volume bayi baru lahir dan menemukan rata-rata ialah 78 ml/kg bila tali pusat dijepit segera. Sedangkan Grunewald 1967 mendapatkan jumlah darah 45 ml/kg janin pada plasenta. Jadi total darah janin plasenta aterm kira-kira 125 ml/kg janin.

Hampir semua darah yang berasal dari tubuh bagian atas akan masuk ke atrium kanan melalui vena kava superior, kemudian masuk ke ventrikel kanan.
Setelah kelahiran, terjadi perubahan sirkulasi berupa :
1. Penurunan resistensi vaskuler paru
2. Peningkatan aliran darah paru
3. Peningkatan resistensi vaskuler sistemik
4. Penutupan arteri umbilikalis
5. Penutupan vena umbilikalis dan duktus venosus
6. Pengaliran darah melalui duktus arteriosus terutama dari kiri

Janin memperoleh oksigen dari plasenta karena fungsi paru belum berkembang. Sirkulasi janin diatur oleh tiga komponen penting, yaitu duktus venosus, foramen ovale, dan duktus arteriosus. Sirkulasi janin dimulai dari plasenta yang menukar hasil akhir metabolisme dengan sumber energi dan metabolisme baru seperti oksigen, glukosa, asam amino, asam lemak, cairan, dan elektrolit. Darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian masuk ke vena hepatika dan sebagian lagi masuk ke duktusvenosus menuju vena kava inferior. Dari vena kava inferior, 1/3 darah akan masuk ke atrium kiri, ventrikel kiri, dan aorta., sedangkan 2/3-nya lagi akan masuk ke atrium kanan, ventrikel kanan, dan A.pulmonalis.

Hal ini disebabkan oleh muara vena kava inferior terdapat di septum interatrium. Darah dari ventrikel kanan sebagian kecil akan ke paru, sebagian lainnya akan masuk ke aorta desenden melalui duktus arteriosus yang menghubungkan A.pulmonalis dengan aorta desenden.

CATATAN : pada kehamilan multipel / kembar, dapat terjadi variasi jumlah dan ukuran plasenta dan selaput janin.


















BAB III
PENUTUP

SIMPULAN

Bagi janin, plasenta sangat penting artinya untuk menjamin kesehatan janin dalam rahim. Plasenta berfungsi sebagai alat nutritif yaitu alat untuk menyalurkan bahan nutrisi dari ibu ke janin.
Pada saat bayi lahir, paru berfungsi, sirkulasi plasenta berhenti. Fungsi vaskularisasi paru mulai berlangsung, tahanan sirkulasi paru-paru berkurang. Kadar oksigen meninggi suplai oksigen pada seluruh tubuh. Tidak ada sirkulasi silang di atrium kanan Foramen ovale, ductus Botalli & ductus Venosus menutup.



















DAFTAR PUSTAKA


Admin, Senin 17 Septenber 2007, Fisiologi Kardiovaskuler,
http://medlinux.blogspot.com

Arvin, B.K. , 2000, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, EGC.

Dr. Bharoto Winardi Soeprono Sp.QG, www.depkes.go.id

Februari 25, 2008, Admin, www.dokterfoto.com

Hoffbrand,A.V. , 2005, Kapita Selekta Hematologi, edisi 4 , EGC.

Murray Robert K, MD.PhD, 2001, Biokimia Harper ( Eds.25), EGC, Jakarta.

http://www.panduankesehatan.blogspot.com

http://www.medlinux.blogspot.com%2F2007%2FOG%2Ffisiologi-kardiovaskuler-janin.html

Tidak ada komentar: