Jumat, 03 April 2009

KONSEP CAIRAN DAN ELEKTROLIT

KONSEP CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Total Body Water (TBW)
Total Body Water (TBW) adalah presentase dari berat air dibandingkan dengan berat badan total. bervariasi menurut jenis kelamin, umur dan kandungan lemak dalam tubuh.
Bayi (baru lahir) 70-80%
Dewasa 60%
Pria (20-40 tahun) 60%
Wanita (20-40 tahun) 50%
Usia lanjut (60 + tahun) 45-50%

Fungsi Cairan
Di dalam tubuh, cairan berfungsi sebagai pengatur temperatur tubuh, sebagai transpor nutrien ke sel, transpor hasil sisa metabolisme, transpor hormon, pelumas antar organ, dan mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sisitem kardiovaskuler.

Keseimbangan Cairan
Kebutuhan per hari 1800 – 2500 ml, ditentukan oleh intake dan output. Intake : minuman 1200 ml, makanan 1000 ml. Output : ginjal (1200 - 1500 ml/hari), feses (100 ml/hari), paru paru (300 – 500 ml/hari), kulit (600 – 800 ml/hari).

Faktor Yang mempengaruhi Keseimbangan Cairan
a.Stres diakibatkan oleh adanya peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah meningkat, glikoolisis otot meningkat, mengakibatkan terjadi retensi sodium dan air sehingga produksi urine menurun.
b.Sakit seperti pasca operasi, trauma jaringan, kelainan jantung, gunjal dan hormon.
c.Usia berkairtan dengan luas permukaan tubuh, metaboluiisme yang diperlukan, serta berat badan.
d.Suhu Lingkungan panas berlebihan mengakibatkan tubuh berkeringat.
e.Diet kekurangan nutrisi mengakiobatkan perpindahan cairan dari intertisial ke entraseluler.

Elektrolit Tubuh
Zat terlarut dalam tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Elektrolit merupakan unsur atau senyawa yang jika berada dalam larutan menghasilkan partikel-partikel yang bermuatan listrik (ion). Sedangkan nonelektrolit adalah zat terlarut yang tidak bermuatan listik (protein, urea, glukosa, O2, CO2, dll). Elektrolit yang bermuatan positif disebut Kaion yang terdiri dari Na, K, Ca, dan Mg. yang bermuatan negatif disebut Anion yang terdiri dari Cl, HCO3, HPO4, dan SO4. Konsentrasi setiap elektrolit di dalam cairan intrsel dan ekstrasel harus berbeda pada bagian yang tepatdan dalam jumlah yang tepat.

Pengaturan Elektrolit
1.Natrium (sodium) adalah kation paling banyak pada cairan ekstrasel, mempengaruhi keseimbangan air,m hantaran impuls saraf dan konsentrasi otot. Diatur oleh intake garam, aldosteron, pengeluaran urine. Normalnya sekitar 135 – 148 mEg/ltr.
2.kalium (potasium) dalah kation utama pada intrasel. Berfungsi dalam aktifitas neoromuskuler dan konsentrasi otot, idperlukan dalam sintesis glikogen dan protein, pengaturan keseimbangan asam basa. Normalnya sekitar 3,5 – 5,5 mEg/ltr.
3.Kalsium berguna untuk integritas kulit dan stuktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah serta pembentukan tulang dan gigi. Diatur oleh kelenjar tiroid dan paratiroid. hormon tiroid mengabsorbsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi di ginjal.
4.Magnesium Kation terbanyak kedua di intrasel dan sangat penting untuk aktivitas enzim, aktivitas saraf dan otot. Nilai normalnya 1,5 – 2,5 mEg/ltr.
5.Klorida Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, normalnya 95 – 105 mEg/ltr.
6.Bikarbonat (HCO3) adalah buffer kimia utama dalam tubuh, terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, diatur oleh ginjal.
7.Fosfat merupakan anion buffer dlam cairan ekstrasel dan intrasel, berfungsi untuk meningkatkan aktifitas neuromuskuler, metabolisme karbohidrat dan pengaturan asam basa.

Pengaturan Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit berpindah dari satu kompartemen ke kompartemen lain un\tuk memfasilitasi proses yang terjadi di dalm tubuh, berpindah secara defusi, osmosis, filtrasi dan transpor aktif. Pembatas utama dari perpindahan zat terlarut dalam tubuh adalah membran sel.

MAKALAH KDK PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DUNIA

MAKALAH KDK
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DUNIA







OLEH:
KELOMPOK IV



JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKES KENDARI
KENDARI
2008
MAKALAH KDK
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DUNIA


OLEH:
KELOMPOK IV
ROSMAWATI
SHIDIQ WIDIYANTO
SITI NUR EMA
SUKMA
SUNARSIH
TASRING
WARIDA
ISRIYANTI
WA ODE MESRIN
WILDA FITRIANA WENAS
WIWIK ANGGRAENI SANGGO
YUSTI KARMINA BASRI
Z UBAEDA



JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKES KENDARI
KENDARI
2008
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya makalah Perkembangan Keperawatan Dunia ini dapat terselesaikan, meskipun masih banyak kekurangan baik dari isi, sistematika, maupun cara penyajiannya.
Makalah Perkembangan Keperawatan Dunia ini dalam penyusunannya merupakan hasil kerjasama antar angagota kelompok, dan teman-teman yang telah membantu kami.
Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang perkembangan keperawatan di dunia, dan semoga bermanfaat bagi para pembaca. Dan peneliti lain yang akan menulis tentang tema yang sama.


Kendari, Oktober 2008


Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu keperawatan di dunia telah mencakup pada spesialisasi keperawatan informatik. Area keperawatan ini belum populer di Indonesia, tetapi telah berkembang dibeberapa negara seperti Amerika, Australia, Canada, Inggris, dan beberapa negara maju lainnya. Spesialis perawat informatik tersebut memiliki jenjang karir yang luas dan berkembang. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif yang menggambarkan jenjang karir keperawatan informatik dan kondisi keperawatan informatik di Indonesia.
Area keperawatan tidak terbatas dalam praktik klinik seperti yang dipahami di masyarakat pada umumnya di Indonesia. Keperawatan memiliki ruang lingkup yang luas dan telah berkembang baik di luar negeri. Walaupun bidang keperawatan di Indonesia tidak semaju negara lain terdapat usaha dari beberapa institusi yang sejak beberapa tahun lalu untuk mengangkat fenomena ini.
Berdasarkan kurikulum tentang keperawatan dan aspek penting tentang keperawatan itu sendiri, serta untuk menepis anggapan di kalangan masyarakat bahwa dunia keperwatan bukan hanya menyangkut pada aspek klinis saja, tetapi dunia keperwatan telah berkembang sesuasi dengan perkembangan zaman. Era globalisasi dan era informasi telah membuat standard baru yang harus dipenuhi oleh seluruh pemain di sektor ini.



1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakn integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, bentuk pelayanan bio-psiko-sosial. Oleh karena itu dengan penulisan makalah ini bertujuan untuk mempermudah dalam member penjelasan dan pemahaman bahwa keperawatan yang semula belun jelas ruang lingkupnya dan batasannya dalam bertindak untuk memberikan askep kepada klien.
Makalah ini mempunyai tujuan utama yaitu memberikan informasi tentang bagaimana proses perkembangan ilmu keperawatan dunia.
1.3 Studi Pustaka
Penulisan ini menggunakan metode kuantitatif, penggunaan literatur yang relevan dengan topik penulisan. Penulisan ini diawali dengan melakukan penelusuran dan pencarian berbagai literatur yang relevan secara ekstensif berdasarkan studi yang akan diteliti. Kegiatan ini bertujuan memfasilitasi kebutuhan dalam penulisan dan membantu penulis untuk merencanakan pembahasan masalah dan menelaah fenomena yang terjadi di Indonesia.







BABII
PEMBAHASAN


PERAWAT DAN TEKNOLOGI INFORMASI
Di era teknologi informasi dan era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak bermutu maka masyarakat berhak menuntut pada pemberi pelayanan kesehatan. Namun kondisi keterbukaan pada masyarakat saat ini sepertinya belum didukung dengan kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya dalam memenuhi ketersediaan alat dokumentasi yang cepat dan modern dipelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik oleh perawat khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifar manual dan konvensional, belum disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang memadai. Contohnya dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen. Salah satu bagian dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang sudah mulai dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia internasional adalah teknologi PDA ( personal digital assistance. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Perawat, dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) menurut Wikipedia adalah sebuah alat komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer individu, namun terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan, sebagai address book, dan juga spreadsheet. PDA terbaru bahkan memiliki tampilan layar berwarna dan kemampuan audio, dapat berfungsi sebagai telepon bergerak, HP/ponsel, browser internet dan media players. Saat ini banyak PDA dapat langsung mengakses internet, intranet dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless Wide-Area Networks). Dan terutama PDA memiliki kelebihan hanya menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/ touch screen.7)
Perusahaan Apple Computer-lah yang pertama kali mengenalkan PDA model Newton MessagePad di tahun1993. Setelah itu kemudian muncul beragam perusahaan yang menawarkan produk serupa seperti yang terpopuler adalah PalmOne (Palm) yang mengeluarkan seri Palm Pilots from Palm, Inc dan Microsoft Pocket PC (Microsoft). Palm menggunakan Palm Operating System (OS) dan melibatkan beberapa perusahaan seperti Handspring, Sony, and TRG dalam produksinya . Microsoft Pocket PC lebih banyak menggunakan MS produk, yang banyak diproduksi oleh Compaq/Hewlett-Packard and Casio. 9) Bahkan saat ini juga telah muncul Linux PDA, dan smart phone. Coba klik :
http://www.mobiletechreview.com/. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir. "Aplikasi klinis yang banyak digunakan selama ini adalah referensi tentang obat/drug reference.
Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah tersedia. PDA semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang data pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat pula diakses secara virtual di mana pun kapan pun, dengan bandwidth ponsel yang diperluas atau jaringan institusional internet nirkabel kecepatan tinggi yang ada di rumah sakit. Di samping itu data pasien atau gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran atau riset, demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Meski demikian, PDA tidak akan dapat menggantikan komputer/dekstop/laptop. Tetapi setidaknya, alat ini akan memberikan kemudahan tenaga kesehatan untuk mengakses informasi di mana saja.
Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan data dan menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan; PDA dapat menyimpan daftar nama, email, alamat website, dan diary/agenda harian; PDA sangat berguna untuk program pembelajaran keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan pasien-perawat. Apabila pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan tingkat mutahir dapat diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan peran tatap muka hubungan interaksi perawat-pasien (telenursing). PDA dapat menunjang pengumpulan data base pasien dan RS, yang berguna untuk kepentingan riset dalam bidang keperawatan. Sudah selayaknya institusi pendidikan keperawatan sebaiknya memberikan penekanan penting dalam kurikulumnya, untuk mulai mengaplikasikan "touch" over "tech" (sentuhan tehnologi dalam bidang keperawatan). Sehingga saat si perawat tersebut telah lulus, mereka dapat mengintegrasikan tehnologi dalam asuhan keperawatan.
Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan mutu perawatan kepada pasien, dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat. Sebagian besar perawat secara umum masih "gaptek" tehnologi, termasuk PDA. Kita bisa memulai bergabung dengan grup penggermar PDA dan masuk dalam kelompok/komunitas, atau dapat pula belajar dari para dokter, membuka website tutorial/panduan PDA, mempelajari dari buku dan dari perawat lain yang telah terbiasa menggunakan PDA. Mulailah mencoba dari hal yang sederhana seperti agenda harian, organizer, mengambil/upload gambar, games, musik, dsb.
Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu sendiri. Namun sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit atau pendidikan keperawatan, agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi informasi/nursing computer secara luas di negara kita. Di Indonesia seyogyanya akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari institusi pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam interaksi belajar mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus praktek mahasiswa di RS apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa dapat langsung akses browser internet.
Demikian pula halnya di level manajer keperawatan setingkat Kepala bidang Keperawatan/supervisor keperawatan di RS pun demikian. PDA sebagai organizer, dan smart phone dapat membantu bidang pekerjaan perawat dalam peran sebagai manajer. Setiap kegiatan rapat, pengambilan keputusan, penggunaan analisa data dan teori keperawatan dapat diakses segera melalui PDA. Setiap data yang ada di RS dapat pula bermanfaat untuk bahan analisa riset keperawatan, masukkan untuk perumusan kebijakan/policy dan penunjang sistem TI (tehnologi informasi) di RS. Sehingga bukan tidak mungkin akan tercipta nursing network (jaringan keperawatan online) yang dapat memberikan pertukaran informasi data dan program kesehatan secara online tanpa mengenal batas geografis.
Akan ada saatnya dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan keperawatan akan bersinggungan dan berjalan seiringan dengan perkembangan percepatan tehnologi. Sentuhan asuhan keperawatan dimasa mendatang bukan tidak mungkin, akan semakin banyak berkembang pesat. Aplikasi telemetry (alat monitor jantung pasien) di ruang rawat semisal medikal pada pasien jantung koroner/MI, yang dimonitor melalui CCU untuk melihat irama dan patologi, sistem data base pasien, dan bahkan di Singapura telah dikembangkan alat pengukuran suhu pasien dengan dimonitor melalui komputer - menjadi terobosan baru yang perawat perlu ketahui. Hingga ada saatnya pula tehnologi informatika dapat membantu mengurangi beban kerja perawat, dan meningkatkan akurasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan di Indonesia.
Perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia nampaknya masih sangat minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat. Kemungkinan faktor penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia dengan teknologi informatika khususnya PDA, masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat, dan belum terintegrasinya sistem infirmasi manajemen berbasis IT dalam parktek keperawatan di klinik. Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari organisasi profesi perawat bekerjasama dengan institusi pelyanan kesehatan untuk lebih mengaplikaskan lagi sistem informasi manajemen berbasis IT dalam memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang terasa menyulitkan dan membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program tersebut. Namun setelah terbiasa terasa sangat membantu perawat sehingga mengurangi administrasi kertas kerja dalam asuhan keperawatan. Seperti contohnya, perawat tidak perlu lagi mengisi format tanda vital/vital signs pasien (dengan pulpen warna biru, merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan langsung entry ke komputer. Sehingga yang semula ada sekitar 6 lembar kertas kerja yang perlu diisikan, sekarang cukup 1 saja yaitu nurses notes (catatan keperawatan)
Di negara-negara berkembang perawat informatik belum dikenal dan berkembang, sistem informasi keperawatan di rumah sakit atau instansi kesehatan lainnya lebih banyak diambil alih oleh ilmu disiplin lain. Ilmu disiplin lain memang diperlukan untuk pengembangan informatika karena dalam pengembangan sistem keperawatan informatik yang dijalankan oleh perawat informatik pun akan memerlukan kolaborasi disiplin ilmu lain, tetapi alangkah lebih baik jika perawat informatik berperan aktif dalam sistem informatika keperawatan karena perawat akan lebih mengenali dunia keperawatan.
Keperawatan informatik memerlukan informasi terintegrasi dari semua area sehingga dapat memfasilitasi perawat dalam mengakses data dan informasi tentang klien. Memudahkan perawat untuk menyediakan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi.
Empat area utama dalam informasi klien yang dilaksanakan oleh perawat informatik:
1. Client information: Data pertinient, Immediate physical care, Demograpic information, Client support system
2. Institusional information: Data immediate concern
3. Domain knowledge: literatur and clinical experience for nursing knowledge and related diciplin
4. Procedural knowledge: prosedural for performing tasks
Ada 7 area untuk nursing informatik
1. Menggunakan data klien untuk informasi dan pengetahuan yang menunjang dalam asuhan keperawatan.
2. Mendefinisikan data dalam asuhan keperawatan klien
3. Menganalisa dan memberikan pendidikan kesehatan tentang asuhan keperawatan klien
4. Membuat rencana baru (inovasi) dalam teknologi asuhan keperawatan klien
5. Menerapkan ergonomi komputer untuk perawat informatik
6. Mengintegrasikan sistem yang ada dari berbagai disiplin ilmu
7. Mengevaluasi sistem asuhan keperawatan yang telah dijalankan sebelumnya
Perawat informatik mempunyai jenjang karir yang luas, mulai dari perawat informatik klinik, manajer project, konsultan, pendidik (system educator), peneliti, dan pengembang produk (mengembangkan sistem baru), system specialist, policy developer, enterpreneur, dan lain-lain (lampiran). Perbedaan perawat informatik dan tenaga informatik dari ilmu disiplin lainnya adalah perawat informatik lebih terfokus pada ilmu keperawatan dan pengembangannya.
Hambatan dalam pengembangan keperawatan informatik meliputi banyak factor yaitu ketidaksiapan budaya masyarakat terhadap fenomena keperawatan yang makin maju, dukungan pemerintah yang belum optimal, ketidakseragaman pandangan dari institusi-institusi penyelenggara pendidikan keperawatan di Indonesia, dan masih kurangnya perawat informatik di Indonesia.





BAB III
KESIMPULAN

Ilmu keperawatan telah berkembang pesat di beberapa negara di dunia tetapi hal ini belum terjadi di Indonesia. Kondisi masyarakat masih belum memahami bahkan menerima bahwa keperawatan ternyata memiliki area yang luas di bidangnya, tidak terbatas pada praktik klinik (kuratif). Salah satu area disiplin ilmu keperawatan yang masih belum populer yaitu perawat informatik.
Perawat informatik adalah salah satu area spesialisasi dari ilmu keperawatan yang berkembang dan mulai dikembangkan di Indonesia. Keperawatan informatika bermanfaat untuk menunjang tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan baik di area klinik maupun non-klinik.
Saat ini posisi manajemen keperawatan informatik masih banyak diambil alih oleh ahli dari disiplin ilmu lain. Kenapa hal ini dapat terjadi? Inilah tantangan untuk para perawat kenapa keadaan di negara-negara berkembang, sangat berbeda dengan keadaan perkembangan keperawatan informatik di luar negri misal USA, Australia, Canada, Jepang, dan beberapa negara maju lainnya.






DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Yati. (2005) Penggunaan Literatur Dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia 9 (1) Maret 2005, p.32-35. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Anonymous.NursingInformatics.http://www.allnursingschools.com/faqs/informatics.php. diakss tanggal 21 oktober 2007
Anonymous .Nursing Informatics. http://www.cnia.ca/intro.htm. Diakses tanggal 21 oktober 2007
Anonymous.Nursinginformatics.http://en.wikipedia.org/wiki/Nursing_Informatics..diakses tanggal 21 oktober 2007
McCartney, Patricia Robin, RNC, PhD, FAAN. Keeping Readers “Plugged In”: Nursing Informatics Then and Now. http://www.blackwell-synergy.com/doi/full/10.1111/j.1751-486X.2007.00122.x. Diakses tanggal 21 oktober 2007
Thede, Linda. (2003). Informatics & Nursing Opportunities & Challanges 2ed. Philadelphia: Lippincott
Tutik, Rr. (2005) Pemanfatan Teknologi Informatika Dalam Dunia Pendidikan. Jurnal Keperawatan Indonesia 9 (1) Maret 2005, p.26-31. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia


Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda yang telah membaca artikel ini, dan saya sebagai penulis hanya ingin meminta do’anya agar saya diberi kelancaran dalam meniti hidup ini.

contact person in 085696970702



Shidiq Widiyanto
NIM : P0032008139

KONSEP CAIRAN DAN ELEKTROLIT

KONSEP CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Total Body Water (TBW)
Total Body Water (TBW) adalah presentase dari berat air dibandingkan dengan berat badan total. bervariasi menurut jenis kelamin, umur dan kandungan lemak dalam tubuh.
Bayi (baru lahir) 70-80%
Dewasa 60%
Pria (20-40 tahun) 60%
Wanita (20-40 tahun) 50%
Usia lanjut (60 + tahun) 45-50%

Fungsi Cairan
Di dalam tubuh, cairan berfungsi sebagai pengatur temperatur tubuh, sebagai transpor nutrien ke sel, transpor hasil sisa metabolisme, transpor hormon, pelumas antar organ, dan mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sisitem kardiovaskuler.

Keseimbangan Cairan
Kebutuhan per hari 1800 – 2500 ml, ditentukan oleh intake dan output. Intake : minuman 1200 ml, makanan 1000 ml. Output : ginjal (1200 - 1500 ml/hari), feses (100 ml/hari), paru paru (300 – 500 ml/hari), kulit (600 – 800 ml/hari).

Faktor Yang mempengaruhi Keseimbangan Cairan
a.Stres diakibatkan oleh adanya peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah meningkat, glikoolisis otot meningkat, mengakibatkan terjadi retensi sodium dan air sehingga produksi urine menurun.
b.Sakit seperti pasca operasi, trauma jaringan, kelainan jantung, gunjal dan hormon.
c.Usia berkairtan dengan luas permukaan tubuh, metaboluiisme yang diperlukan, serta berat badan.
d.Suhu Lingkungan panas berlebihan mengakibatkan tubuh berkeringat.
e.Diet kekurangan nutrisi mengakiobatkan perpindahan cairan dari intertisial ke entraseluler.

Elektrolit Tubuh
Zat terlarut dalam tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Elektrolit merupakan unsur atau senyawa yang jika berada dalam larutan menghasilkan partikel-partikel yang bermuatan listrik (ion). Sedangkan nonelektrolit adalah zat terlarut yang tidak bermuatan listik (protein, urea, glukosa, O2, CO2, dll). Elektrolit yang bermuatan positif disebut Kaion yang terdiri dari Na, K, Ca, dan Mg. yang bermuatan negatif disebut Anion yang terdiri dari Cl, HCO3, HPO4, dan SO4. Konsentrasi setiap elektrolit di dalam cairan intrsel dan ekstrasel harus berbeda pada bagian yang tepatdan dalam jumlah yang tepat.

Pengaturan Elektrolit
1.Natrium (sodium) adalah kation paling banyak pada cairan ekstrasel, mempengaruhi keseimbangan air,m hantaran impuls saraf dan konsentrasi otot. Diatur oleh intake garam, aldosteron, pengeluaran urine. Normalnya sekitar 135 – 148 mEg/ltr.
2.kalium (potasium) dalah kation utama pada intrasel. Berfungsi dalam aktifitas neoromuskuler dan konsentrasi otot, idperlukan dalam sintesis glikogen dan protein, pengaturan keseimbangan asam basa. Normalnya sekitar 3,5 – 5,5 mEg/ltr.
3.Kalsium berguna untuk integritas kulit dan stuktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah serta pembentukan tulang dan gigi. Diatur oleh kelenjar tiroid dan paratiroid. hormon tiroid mengabsorbsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi di ginjal.
4.Magnesium Kation terbanyak kedua di intrasel dan sangat penting untuk aktivitas enzim, aktivitas saraf dan otot. Nilai normalnya 1,5 – 2,5 mEg/ltr.
5.Klorida Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, normalnya 95 – 105 mEg/ltr.
6.Bikarbonat (HCO3) adalah buffer kimia utama dalam tubuh, terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, diatur oleh ginjal.
7.Fosfat merupakan anion buffer dlam cairan ekstrasel dan intrasel, berfungsi untuk meningkatkan aktifitas neuromuskuler, metabolisme karbohidrat dan pengaturan asam basa.

Pengaturan Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit berpindah dari satu kompartemen ke kompartemen lain un\tuk memfasilitasi proses yang terjadi di dalm tubuh, berpindah secara defusi, osmosis, filtrasi dan transpor aktif. Pembatas utama dari perpindahan zat terlarut dalam tubuh adalah membran sel.

Selasa, 23 Desember 2008

Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat

Sebelum kita membicarakan tentang perilaku kesehatan, terlebih dahulu akan dibuat batasan tentang perilaku itu sendiri. Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.

Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.

Hereditas atau faktor keturunan adalah adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah suatu kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning process).

Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons. Ia membedakan adanya 2 respons, yakni :

a. Respondent Respons atau Reflexive Respons

Adalah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap, misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya perangsangan-perangsangan yang demikian itu mendahului respons yang ditimbulkan.

Respondent respons (respondent behaviour) ini mencakup juga emosi respons atau emotional behaviour. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakkan organisme yang bersangkutan, misalnya menangis karena sedih atau sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena marah). Sebaliknya hal-hal yang mengenakkan pun dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya tertawa, berjingkat-jingkat karena senang dan sebagainya.

b. Operant Respons atau Instrumental Respons

Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.

Oleh sebab itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku yang telah dilakukan. Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan suatu perbuatan kemudian memperoleh hadiah maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain responnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.

Didalam kehidupan sehari-hari, respons jenis pertama (responden respons atau respondent behaviour) sangat terbatas keberadaannya pada manusia. Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons, kemungkinan untuk memodifikasinya adalah sangat kecil.

Sebaliknya operant respons atau instrumental behaviour merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar bahkan dapat dikatakan tidak terbatas. Fokus teori Skinner ini adalah pada respons atau jenis perilaku yang kedua ini.

1.1 Prosedur Pembentukan Perilaku

Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons. Untuk itu untuk membentuk jenis respons atau perilaku ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning.

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skinner adalah sebagai berikut :
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer
berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen
tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya
perilaku yang dimaksud.
c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-
tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing
komponen tersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang
telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya
diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan)
tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk
kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua, diberi hadiah (komponen
pertama tidak memerlukan hadiah lagi), demikian berulang-ulang sampai
komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga,
keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar anak mempunyai kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur. Untuk berperilaku seperti ini maka anak tersebut harus :
a. Pergi ke kamar mandi sebelum tidur.
b. Mengambil sikat dan odol.
c. Mengambil air dan berkumur.
d. Melaksanakan gosok gigi.
e. Menyimpan sikat gigi dan odol.
f. Pergi ke kamar tidur.

Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak berupa uang) bagi masing-masing komponen perilaku tersebut (komponen a-e) maka akan dapat dilakukan pembentukan kebiasaan tersebut. Contoh tersebut di atas adalah suatu penyederhanaan prosedur pembentukan perilaku melalui operant conditioning.

Didalam kenyataannya prosedur ini banyak dan bervariasi sekali dan lebih kompleks dari contoh tersebut diatas. Teori Skinner ini sangat besar pengaruhnya terutama di Amerika Serikat. Konsep-konsep behaviour control, behaviour theraphy dan behaviour modification yang dewasa ini berkembang adalah bersumber pada teori ini.

1.2 Bentuk Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons ini berbentuk 2 macam, yakni :

a. Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Contoh lain seorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana.

Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi dan contoh kedua orang tersebut telah mempunyai sikap yang positif untuk mendukung keluarga berencana meskipun mereka sendiri belum melakukan secara konkret terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung (covert behaviour).

b. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya pada kedua contoh di atas, si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi dan orang pada kasus kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut overt behaviour.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung dan disebut covert behaviour. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus (practice) adalah merupakan overt behaviour.

2. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.

Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan.

Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri 4 unsur pokok, yakni sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.

Dengan demikian secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit atau rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit atau sakit tersebut.

Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni :

- Perilaku sehubungan dengan peningkatan ddan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga, dan sebagainya.

- Perilaku pencegahan penyakit (health preevention behaviour) adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi, dan sebagainya. Termasuk perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain.

- Perilaku sehubungan dengan pencarian penngobatan (health seeking behaviour), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri, dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).

- Perilaku sehubungan dengan pemulihan kessehatan (health rehabilitation behaviour) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatannya).

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behaviour) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri.

Perilaku ini antara lain mencakup :
- Perilaku sehubungan dengan air bersih, ttermasuk didalamnya komponen,
manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
- Perilaku sehubungan dengan pembuangan aiir kotor, yang menyangkut segi-segi
higiene, pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.
- Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair.
Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat
serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik.
- Perilaku sehubungan dengan rumah yang seehat, yang meliputi ventilasi,
pencahayaan, lantai, dan sebagainya.
- Perilaku sehubungan dengan pembersihan ssarang-sarang nyamuk (vektor) dan
sebagainya.

Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Dengan demikian maka suatu rangsangan akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.

Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

Didalam suatu pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan, dan sebagainya.

Susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia karena merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk menjadi perbuatan atau tindakan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan saraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron.

Neuron memindahkan energi-energi didalam impuls-impuls saraf. Impuls-impuls saraf indera pendengaran, penglihatan, pembauan, pengecapan dan perabaan disalurkan dari tempat terjadinya rangsangan melalui impuls-impuls saraf ke susunan saraf pusat.

Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan, juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku.

Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakekatnya merupakan faktor keturunan (bawaan). Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan.

Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu (sebelumnya). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi 2, yakni faktor intern dan ekstern.

Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

Dari uraian di atas tampak jelas bahwa perilaku merupakan konsepsi yang tidak sederhana, sesuatu yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses-proses psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan responsi menurut cara tertentu terhadap suatu objek.

Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut :

a. Perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya.

b. Perilaku sakit (illness behavior) yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan / kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.

Saparinah Sadli (1982) menggambarkan individu dengan lingkungan sosial yang saling mempengaruhi didalam suatu diagram.

Keterangan :
a. Perilaku kesehatan individu; sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya
dengan lingkungan.
b. Lingkungan keluarga; kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai
kesehatan.
c. Lingkungan terbatas; tradisi, adat-istiadat dan kepercayaan masyarakat
sehubungan dengan kesehatan.
d. Lingkungan umum; kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan,
undang-undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.

Setiap individu sejak lahir terkait didalam suatu kelompok, terutama kelompok keluarga. Dalam keterkaitannya dengan kelompok ini membuka kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Oleh karena pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan atau norma-norma sosial tertentu maka perilaku tiap individu anggota kelompok berlangsung didalam suatu jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah-masalah kesehatan.

Kosa dan Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan yang berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama.

Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu menstimulasikan dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya.

Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :

a. Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya gangguan dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang diberi informasi tersebut menilai dengan kriteria subjektif.

b. Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.

c. Penerapan pengatahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Oleh karena gangguan kesehatan terjadi secara teratur didalam suatu kelompok tertentu maka setiap orang didalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi.

Dari sini sekaligus orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu, baik secara tradisional maupun modern. Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.

d. Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan kecemasan atau gangguan tersebut. Didalam hal ini baik orang awam maupun tenaga kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk mengaatasi gangguan kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.

Sumber :

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003
Konsep Perilaku

Sebelum kita membicarakan tentang perilaku kesehatan, terlebih dahulu akan dibuat batasan tentang perilaku itu sendiri. Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.

Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.

Hereditas atau faktor keturunan adalah adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah suatu kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning process).

Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons. Ia membedakan adanya 2 respons, yakni :

a. Respondent Respons atau Reflexive Respons

Adalah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap, misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya perangsangan-perangsangan yang demikian itu mendahului respons yang ditimbulkan.

Respondent respons (respondent behaviour) ini mencakup juga emosi respons atau emotional behaviour. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakkan organisme yang bersangkutan, misalnya menangis karena sedih atau sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena marah). Sebaliknya hal-hal yang mengenakkan pun dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya tertawa, berjingkat-jingkat karena senang dan sebagainya.

b. Operant Respons atau Instrumental Respons

Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.

Oleh sebab itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku yang telah dilakukan. Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan suatu perbuatan kemudian memperoleh hadiah maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain responnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.

Didalam kehidupan sehari-hari, respons jenis pertama (responden respons atau respondent behaviour) sangat terbatas keberadaannya pada manusia. Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons, kemungkinan untuk memodifikasinya adalah sangat kecil.

Sebaliknya operant respons atau instrumental behaviour merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar bahkan dapat dikatakan tidak terbatas. Fokus teori Skinner ini adalah pada respons atau jenis perilaku yang kedua ini.

1.1 Prosedur Pembentukan Perilaku

Seperti telah disebutkan diatas, sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons. Untuk itu untuk membentuk jenis respons atau perilaku ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning.

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skinner adalah sebagai berikut :
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer
berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen
tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya
perilaku yang dimaksud.
c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-
tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing
komponen tersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang
telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya
diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan)
tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk
kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua, diberi hadiah (komponen
pertama tidak memerlukan hadiah lagi), demikian berulang-ulang sampai
komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga,
keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar anak mempunyai kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur. Untuk berperilaku seperti ini maka anak tersebut harus :
a. Pergi ke kamar mandi sebelum tidur.
b. Mengambil sikat dan odol.
c. Mengambil air dan berkumur.
d. Melaksanakan gosok gigi.
e. Menyimpan sikat gigi dan odol.
f. Pergi ke kamar tidur.

Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak berupa uang) bagi masing-masing komponen perilaku tersebut (komponen a-e) maka akan dapat dilakukan pembentukan kebiasaan tersebut. Contoh tersebut di atas adalah suatu penyederhanaan prosedur pembentukan perilaku melalui operant conditioning.

Didalam kenyataannya prosedur ini banyak dan bervariasi sekali dan lebih kompleks dari contoh tersebut diatas. Teori Skinner ini sangat besar pengaruhnya terutama di Amerika Serikat. Konsep-konsep behaviour control, behaviour theraphy dan behaviour modification yang dewasa ini berkembang adalah bersumber pada teori ini.

1.2 Bentuk Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons ini berbentuk 2 macam, yakni :

a. Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Contoh lain seorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana.

Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi dan contoh kedua orang tersebut telah mempunyai sikap yang positif untuk mendukung keluarga berencana meskipun mereka sendiri belum melakukan secara konkret terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung (covert behaviour).

b. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya pada kedua contoh di atas, si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi dan orang pada kasus kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut overt behaviour.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung dan disebut covert behaviour. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus (practice) adalah merupakan overt behaviour.

2. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.

Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan.

Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri 4 unsur pokok, yakni sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.

Dengan demikian secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit atau rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit atau sakit tersebut.

Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni :

- Perilaku sehubungan dengan peningkatan ddan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga, dan sebagainya.

- Perilaku pencegahan penyakit (health preevention behaviour) adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi, dan sebagainya. Termasuk perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain.

- Perilaku sehubungan dengan pencarian penngobatan (health seeking behaviour), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri, dokter praktek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).

- Perilaku sehubungan dengan pemulihan kessehatan (health rehabilitation behaviour) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatannya).

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behaviour) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri.

Perilaku ini antara lain mencakup :
- Perilaku sehubungan dengan air bersih, ttermasuk didalamnya komponen,
manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
- Perilaku sehubungan dengan pembuangan aiir kotor, yang menyangkut segi-segi
higiene, pemeliharaan teknik, dan penggunaannya.
- Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair.
Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat
serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik.
- Perilaku sehubungan dengan rumah yang seehat, yang meliputi ventilasi,
pencahayaan, lantai, dan sebagainya.
- Perilaku sehubungan dengan pembersihan ssarang-sarang nyamuk (vektor) dan
sebagainya.

Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Dengan demikian maka suatu rangsangan akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.

Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

Didalam suatu pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan, dan sebagainya.

Susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia karena merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk menjadi perbuatan atau tindakan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan saraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron.

Neuron memindahkan energi-energi didalam impuls-impuls saraf. Impuls-impuls saraf indera pendengaran, penglihatan, pembauan, pengecapan dan perabaan disalurkan dari tempat terjadinya rangsangan melalui impuls-impuls saraf ke susunan saraf pusat.

Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan, juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku.

Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakekatnya merupakan faktor keturunan (bawaan). Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan.

Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu (sebelumnya). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi 2, yakni faktor intern dan ekstern.

Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

Dari uraian di atas tampak jelas bahwa perilaku merupakan konsepsi yang tidak sederhana, sesuatu yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses-proses psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan responsi menurut cara tertentu terhadap suatu objek.

Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) sebagai berikut :

a. Perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya.

b. Perilaku sakit (illness behavior) yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan / kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.

Saparinah Sadli (1982) menggambarkan individu dengan lingkungan sosial yang saling mempengaruhi didalam suatu diagram.

Keterangan :
a. Perilaku kesehatan individu; sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya
dengan lingkungan.
b. Lingkungan keluarga; kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai
kesehatan.
c. Lingkungan terbatas; tradisi, adat-istiadat dan kepercayaan masyarakat
sehubungan dengan kesehatan.
d. Lingkungan umum; kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan,
undang-undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.

Setiap individu sejak lahir terkait didalam suatu kelompok, terutama kelompok keluarga. Dalam keterkaitannya dengan kelompok ini membuka kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Oleh karena pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan atau norma-norma sosial tertentu maka perilaku tiap individu anggota kelompok berlangsung didalam suatu jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah-masalah kesehatan.

Kosa dan Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan yang berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama.

Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu menstimulasikan dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya.

Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :

a. Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya gangguan dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang diberi informasi tersebut menilai dengan kriteria subjektif.

b. Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.

c. Penerapan pengatahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Oleh karena gangguan kesehatan terjadi secara teratur didalam suatu kelompok tertentu maka setiap orang didalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi.

Dari sini sekaligus orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu, baik secara tradisional maupun modern. Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.

d. Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan kecemasan atau gangguan tersebut. Didalam hal ini baik orang awam maupun tenaga kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk mengaatasi gangguan kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.


Sumber :

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003

TRANSFER PLASENTA DAN SIRKULASI JANIN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada beberapa misteri tentang apa yang terjadi di dalam kandungan ibu. Dua hal yang sejak lama diamati dan seakan tak ada habisnya untuk dikuak adalah bagaimana embrio tumbuh dan berkembang menjadi bayi, dan perilaku janin di dalam kandungan.
Ketika teknologi kedokteran masih tradisional, manusia mempelajari banyak hal dengan mengambil analogi binatang. Pertumbuhan embrio yang bisa diamati dari hari ke hari secara mudah adalah telur ayam. Telur ayam dalam eraman dapat dipecah dari hari ke hari dengan mudah. Namun, perilaku anak ayam tetap tidak dapat diamati. Pada manusia tidak semudah itu, apalagi perilakunya jauh lebih kompleks.

Mulanya untuk melihat bagaimana wujud manusia ketika masih dalam kandungan, harus menunggu sampai ada kasus dengan abortus atau kelahiran prematur. Agar bisa diamati secara visual, hasil kehamilan harus ada di luar.
Tentang bagaimana perilaku di dalam kandungan juga masih menupakan misteri. Menggunakan pengindraan eksternal seperti ultrasound (USG) juga bukan suatu pengamatan langsung, meskipun teknologi dan resolusi gambaran ultrasound semakin bagus. Dengan ultrasound, gambar yang didapat merupakan konversi pengindraan digital, bukan suatu gambar yang benar-benar nyata.

Cara untuk melihat langsung ke dalam rahim adalah dengan fetoskop, yang diperkenalkan pertamakali pada tahun 1954 oleh Westin. Saat itu hanya coba-coba saja dan bukan dengan alat khusus. Upaya coba-coba terus dilakukan banyak orang sampai awal tahun 1970, ketika Quintero menggunakannya secara intensif, baik untuk diagnostik dan keperluan operatif.

Saat itu fetoskop berupa seperti batang teropong serat optik yang dimensinya relatif besar, sehingga hanya dipakai untuk suatu kepentingan yang singkat. Alat ini juga hanya bisa dipakai kalau rahim sudah cukup besar.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang sebenarnya terjadi pada janin pada saat berada didalam kandungan dan apa peranan plasenta terhadap janin tersebut

1.3 Tujuan Penulisan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakn integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, bentuk pelayanan bio-psiko-sosial. Oleh karena itu dengan penulisan makalah ini bertujuan untuk mempermudah dalam memberi penjelasan dan pemahaman secara ilmiah, apa yang sebenarnya terjadi pada janin pada saat di dalam kandungan. Makalah ini mempunyai tujuan utama yaitu memberikan informasi tentang proses perkembangan janin dan fungsi plasenta.
1.3 Studi Pustaka
Penulisan ini menggunakan metode kuantitatif, penggunaan literatur yang relevan dengan topik penulisan. Penulisan ini diawali dengan melakukan penelusuran dan pencarian berbagai literatur yang relevan secara ekstensif berdasarkan studi yang akan diteliti. Kegiatan ini bertujuan menfasilitasi kebutuhan dalam penulisan dan membantu penulis untuk merencanakan pembahasan masalah dan menelaah fenomena yang terjadi.










BAB II
PEMBAHASAN

TRANSFER PLASENTA DAN SIRKULASI JANIN

A. Pembentukan plasenta

Pada hari 8-9, perkembangan trofoblas sangat cepat, dari selapis sel tumbuh menjadi berlapis-lapis. Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan sinsitiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya saling berhubungan. Stadium ini disebut stadium berongga (lacunar stage).

Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium makin dalam kemudian terjadi perusakan endotel kapiler di sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna) tersebut dialiri masuk oleh darah ibu, membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya sistem sirkulasi uteroplasenta / sistem sirkulasi feto-maternal.
Sementara itu, di antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser, terbentuk sekelompok sel baru yang berasal dari trofoblas dan membentuk jaringan penyambung yang lembut, yang disebut mesoderm ekstraembrional.

Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas disebut mesoderm ekstraembrional somatopleural, kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic plate).
Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac disebut mesoderm ekstraembrional splanknopleural.

Menjelang akhir minggu kedua (hari 13-14), seluruh lingkaran blastokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah ibu.
Meski demikian, hanya sistem trofoblas di daerah dekat embrioblas saja yang berkembang lebih aktif dibandingkan daerah lainnya.


Di dalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celah yang makin lama makin besar dan bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan kandung kuning telur makin jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion (chorionic space)
Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan sitotrofoblas mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium, membentuk sekelompok sel yang dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot primer (primary stem villi). Jonjot ini memanjang sampai bertemu dengan aliran darah ibu.

Pada awal minggu ketiga, mesoderm ekstraembrional somatopleural yang terdapat di bawah jonjot-jonjot primer (bagian dari selaput korion di daerah kutub embrional), ikut menginvasi ke dalam jonjot sehingga membentuk jonjot sekunder (secondary stem villi) yang terdiri dari inti mesoderm dilapisi selapis sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas.

Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik yang dimilikinya, mesoderm dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadinya hanya selular kemudian menjadi suatu jaringan vaskular (disebut jonjot tersier / tertiary stem villi) (selanjutnya lihat bagian selaput janin).

Selom ekstraembrional / rongga korion makin lama makin luas, sehingga jaringan embrional makin terpisah dari sitotrofoblas / selaput korion, hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang kemudian menjadi tangkai penghubung (connecting stalk). Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat.

Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring dengan perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuklah komponen sirkulasi utero-plasenta.
Melalui pembuluh darah tali pusat, sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin. Meskipun demikian, darah ibu dan darah janin tetap tidak bercampur menjadi satu (disebut sistem hemochorial), tetap terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.

Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan dengan komponen sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat. Sistem tersebut di

B. Transfer Plasenta

Plasenta adalah akarnya janin untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam rahim. Karena itu plasenta sangat penting artinya untuk menjamin kesehatan janin dalam rahim. Plasenta berfungsi sebagai alat nutritif yaitu alat untuk menyalurkan bahan nutrisi dari ibu ke janin dan biasa disebut plasenta sebagai transfer (placenta transfer)
Fungsi plasenta adalah menjamin kehidupan dan pertumbuhan janin yang baik.
1. Nutrisi : memberikan bahan makanan pada janin
2. Ekskresi : mengalirkan keluar sisa metabolisme janin
3. Respirasi : memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin
4. Endokrin : menghasilkan hormon-hormon hCG, HPL, estrogen,progesteron, dan sebagainya
5. Imunologi : menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin
6. Farmakologi : menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan janin, yang diberikan melalui ibu.
7. Proteksi : barrier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat-zat toksik (tetapi akhir2 ini diragukan, karena pada kenyataanya janin sangat mudah terpapar infeksi / intoksikasi yang dialami ibunya).





C. Sirkulasi Janin

Sirkulasi janin berbeda dengan orang dewasa, karena adanya plasenta yang menjadi sumber nutrisi dan oksigen yang disalurkan melalui tali pusat. Vena umbilikal yang tunggal masuk ke abdomen kearah hati, bercabang ke v. porta dan cabang besar langsung ke vena kava inferior. Darah yang masuk ke jantung merupakan darah arteri yang masuk melalui duktus venosus namun bercampur dengan darah dari vena kava. Dengan demikian kadar oksigen pada vena kava inferior akan lebih rendah dari kadar di tali pusat tetapi masih lebih tinggi dari kadar di vena kava superior.

Janin memperoleh oksigen dari plasenta karena fungsi paru belum berkembang. Sirkulasi janin diatur oleh tiga komponen penting, yaitu duktus venosus, foramen ovale, dan duktus arteriosus. Sirkulasi janin dimulai dari plasenta yang menukar hasil akhir metabolisme dengan sumber energi dan metabolisme baru seperti oksigen, glukosa, asam amino, asam lemak, cairan, dan elektrolit. Darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian masuk ke vena hepatika dan sebagian lagi masuk ke duktusvenosus menuju vena kava inferior. Dari vena kava inferior, 1/3 darah akan masuk ke atrium kiri, ventrikel kiri, dan aorta., sedangkan 2/3-nya lagi akan masuk ke atrium kanan, ventrikel kanan, dan A.pulmonalis. Hal ini disebabkan oleh muara vena kava inferior terdapat di septum interatrium. Darah dari ventrikel kanan sebagian kecil akan ke paru, sebagian lainnya akan masuk ke aorta desenden melalui duktus arteriosus yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desenden.

Sebagian besar darah yang dari vena kava inferior masuk ke jantung akan menuju foramen ovale yang terbuka ke atrium kiri, hal ini dimungkinkan karena adanya crista dividens. Hampir tidak ada darah dari vena kava superior yang melalui foramen ovale, melainkan akan menuju ventrikel kanan. Darah yang masuk ke atrium kiri merupakan darah ‘arteri’ yang akan langsung ke ventrikel kiri dan kemudian ke sirkulasi besar, terutama memperdarahi organ penting yaitu jantung dan otak. Sementara itu darah vena yang datang dari vena kava superior masuk ke jantung kanan, dipompa ke sirkulasi pulmoner, sebagian akan di pirau (shunt) melalui duktus arteriosus ke aorta desenden.
Penelitian pada domba dan manusia menunjukkan bahwa model tersebut hampir sama. Pengukuran curah jantung pada janin domba bervariasi, berkisar pada : 225 ml/kg (Assali dkk, 1974). Curah jantung yang jauh lebih tinggi dari orang dewasa, dipengaruhi oleh denyut jantung yang tinggi sementara tahanan perifer rendah.
Sebelum kelahiran resistensi vaskuler pulmoner yang tinggi menyebabkan tekanan arteri yang tinggi sementara arus darah sangat sedikit. Dipihak lain resistensi pada duktus arteriosus dan sirkulasi umbiliko-plasenta adalah rendah, hal ini mengakibatkan keseluruhan sirkulasi janin. Dengan demikian dibuktikan pada domba separuh dari curah kedua ventrikel akan menuju plasenta. Distribusi curah jantung tersebut ialah : 40% ke plasenta, 35% ke karkas, otak 5%, gastrointestinal 5%, paru 4%, ginjal 2%, limpa 2%, dan hati 2% (Rodolph dan Heymann, 1968). Darah balik ke plasenta akan melalui 2 arteri hipogastrika yang bersambung ke arteri umbilikal.

Darah Janin
1. Hematopoesis

Pada awal embrio hematopoesis terdapat di yolk sac, kemudian akan berkembang di hati dan akhirnya di tulang sumsum (gambar 1). Bermula eritrosit janin berinti dan makrositik, namun sejalan dengan perkembangan janin ia menjadi tak berinti. Volume darah berkembang demikian juga kadar hemoglobin. Kadar Hb pada pertengahan kehamilan ialah 15 g/dl dan pada akhir kehamilan menjadi lebih tinggi yaitu 18 g/dl. Sebaliknya kadar retikulosit menurun menjadi hanya 5% pada aterm; usia eritrosit janin ternyata hanya 2/3 dari eritrosi t dewasa, sedangkan pada janin yang lebih muda usianya jauh lebih pendek. (Person, 1966). Hal ini berkaitan dengan jumlah eritrosit yang banyak sekali dan dianggap sebagai ‘eritrosit stres’. Secara struktural dan metabolik memang eritrosit janin berbeda, mudah lentur agar menyesuaikan dengan viskositas tinggi, dan mengandung beberapa enzim untuk tujuan yang beda.



2. Eritropoesis

Bila dalam keadaan anemik janin dapat membuat eritropoetin dalam jumlah banyak dan di ekskresi kedalam cairan amnion (Finne, 1966 ; Sivny dkk, 1982). Peran eritropoetin dalam eritropoesis dilaporkan oleh Zanjanin dkk, 1974. Dengan menyuntikkan eritropoetin, maka retikulosit pada domba akan menurun dan berkurangnya radioiron pada eritrosit; sebaliknya kondisi anemia akan meningkatkan kadar materi eritropoetin; agaknya sumber eritropoetin yang banyak ialah hati dan bukan ginjal. Setelah kelahiran, umumnya kadar eritropoetin tak dapat dilacak sampai 3 bulan.

Volume darah janin

Jumlah volume darah janin manusia sukar ditentukan. Usher dkk, 1963 mengukur volume bayi baru lahir dan menemukan rata-rata ialah 78 ml/kg bila tali pusat dijepit segera. Sedangkan Grunewald 1967 mendapatkan jumlah darah 45 ml/kg janin pada plasenta. Jadi total darah janin plasenta aterm kira-kira 125 ml/kg janin.

Hampir semua darah yang berasal dari tubuh bagian atas akan masuk ke atrium kanan melalui vena kava superior, kemudian masuk ke ventrikel kanan.
Setelah kelahiran, terjadi perubahan sirkulasi berupa :
1. Penurunan resistensi vaskuler paru
2. Peningkatan aliran darah paru
3. Peningkatan resistensi vaskuler sistemik
4. Penutupan arteri umbilikalis
5. Penutupan vena umbilikalis dan duktus venosus
6. Pengaliran darah melalui duktus arteriosus terutama dari kiri

Janin memperoleh oksigen dari plasenta karena fungsi paru belum berkembang. Sirkulasi janin diatur oleh tiga komponen penting, yaitu duktus venosus, foramen ovale, dan duktus arteriosus. Sirkulasi janin dimulai dari plasenta yang menukar hasil akhir metabolisme dengan sumber energi dan metabolisme baru seperti oksigen, glukosa, asam amino, asam lemak, cairan, dan elektrolit. Darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian masuk ke vena hepatika dan sebagian lagi masuk ke duktusvenosus menuju vena kava inferior. Dari vena kava inferior, 1/3 darah akan masuk ke atrium kiri, ventrikel kiri, dan aorta., sedangkan 2/3-nya lagi akan masuk ke atrium kanan, ventrikel kanan, dan A.pulmonalis.

Hal ini disebabkan oleh muara vena kava inferior terdapat di septum interatrium. Darah dari ventrikel kanan sebagian kecil akan ke paru, sebagian lainnya akan masuk ke aorta desenden melalui duktus arteriosus yang menghubungkan A.pulmonalis dengan aorta desenden.

CATATAN : pada kehamilan multipel / kembar, dapat terjadi variasi jumlah dan ukuran plasenta dan selaput janin.


















BAB III
PENUTUP

SIMPULAN

Bagi janin, plasenta sangat penting artinya untuk menjamin kesehatan janin dalam rahim. Plasenta berfungsi sebagai alat nutritif yaitu alat untuk menyalurkan bahan nutrisi dari ibu ke janin.
Pada saat bayi lahir, paru berfungsi, sirkulasi plasenta berhenti. Fungsi vaskularisasi paru mulai berlangsung, tahanan sirkulasi paru-paru berkurang. Kadar oksigen meninggi suplai oksigen pada seluruh tubuh. Tidak ada sirkulasi silang di atrium kanan Foramen ovale, ductus Botalli & ductus Venosus menutup.



















DAFTAR PUSTAKA


Admin, Senin 17 Septenber 2007, Fisiologi Kardiovaskuler,
http://medlinux.blogspot.com

Arvin, B.K. , 2000, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, EGC.

Dr. Bharoto Winardi Soeprono Sp.QG, www.depkes.go.id

Februari 25, 2008, Admin, www.dokterfoto.com

Hoffbrand,A.V. , 2005, Kapita Selekta Hematologi, edisi 4 , EGC.

Murray Robert K, MD.PhD, 2001, Biokimia Harper ( Eds.25), EGC, Jakarta.

http://www.panduankesehatan.blogspot.com

http://www.medlinux.blogspot.com%2F2007%2FOG%2Ffisiologi-kardiovaskuler-janin.html

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DUNIA

OLEH:
KELOMPOK IV



JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKES KENDARI
KENDARI
2008
MAKALAH KDK
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DUNIA


OLEH:
KELOMPOK IV

ROSMAWATI
SHIDIQ WIDIYANTO
SITI NUR EMA
SUKMA
SUNARSIH
TASRING
WARIDA
ISRIANTI
WA ODE MESRIN
WILDA FITRIANA WENAS
WIWIK ANGGRAENI SANGGO
YUSTI KARMINA BASRI
ZUBAEDA




JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKES KENDARI
KENDARI
2008
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya makalah Perkembangan Keperawatan Dunia ini dapat terselesaikan, meskipun masih banyak kekurangan baik dari isi, sistematika, maupun cara penyajiannya.
Makalah Perkembangan Keperawatan Dunia ini dalam penyusunannya merupakan hasil kerjasama antar angagota kelompok, dan teman-teman yang telah membantu kami.
Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang perkembangan keperawatan di dunia, dan semoga bermanfaat bagi para pembaca. Dan peneliti lain yang akan menulis tentang tema yang sama.


Kendari, Oktober 2008


Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu keperawatan di dunia telah mencakup pada spesialisasi keperawatan informatik. Area keperawatan ini belum populer di Indonesia, tetapi telah berkembang dibeberapa negara seperti Amerika, Australia, Canada, Inggris, dan beberapa negara maju lainnya. Spesialis perawat informatik tersebut memiliki jenjang karir yang luas dan berkembang. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif yang menggambarkan jenjang karir keperawatan informatik dan kondisi keperawatan informatik di Indonesia.
Area keperawatan tidak terbatas dalam praktik klinik seperti yang dipahami di masyarakat pada umumnya di Indonesia. Keperawatan memiliki ruang lingkup yang luas dan telah berkembang baik di luar negeri. Walaupun bidang keperawatan di Indonesia tidak semaju negara lain terdapat usaha dari beberapa institusi yang sejak beberapa tahun lalu untuk mengangkat fenomena ini.
Berdasarkan kurikulum tentang keperawatan dan aspek penting tentang keperawatan itu sendiri, serta untuk menepis anggapan di kalangan masyarakat bahwa dunia keperwatan bukan hanya menyangkut pada aspek klinis saja, tetapi dunia keperwatan telah berkembang sesuasi dengan perkembangan zaman. Era globalisasi dan era informasi telah membuat standard baru yang harus dipenuhi oleh seluruh pemain di sektor ini.



1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakn integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, bentuk pelayanan bio-psiko-sosial. Oleh karena itu dengan penulisan makalah ini bertujuan untuk mempermudah dalam member penjelasan dan pemahaman bahwa keperawatan yang semula belun jelas ruang lingkupnya dan batasannya dalam bertindak untuk memberikan askep kepada klien.
Makalah ini mempunyai tujuan utama yaitu memberikan informasi tentang bagaimana proses perkembangan ilmu keperawatan dunia.
1.3 Studi Pustaka
Penulisan ini menggunakan metode kuantitatif, penggunaan literatur yang relevan dengan topik penulisan. Penulisan ini diawali dengan melakukan penelusuran dan pencarian berbagai literatur yang relevan secara ekstensif berdasarkan studi yang akan diteliti. Kegiatan ini bertujuan memfasilitasi kebutuhan dalam penulisan dan membantu penulis untuk merencanakan pembahasan masalah dan menelaah fenomena yang terjadi di Indonesia.







BABII
PEMBAHASAN


PERAWAT DAN TEKNOLOGI INFORMASI
Di era teknologi informasi dan era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang tidak bermutu maka masyarakat berhak menuntut pada pemberi pelayanan kesehatan. Namun kondisi keterbukaan pada masyarakat saat ini sepertinya belum didukung dengan kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya dalam memenuhi ketersediaan alat dokumentasi yang cepat dan modern dipelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik oleh perawat khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai dengan sistem pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifar manual dan konvensional, belum disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang memadai. Contohnya dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen. Salah satu bagian dari perkembangan teknologi dibidang informasi yang sudah mulai dipergunakan oleh kalangan perawat di dunia internasional adalah teknologi PDA ( personal digital assistance. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Perawat, dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) menurut Wikipedia adalah sebuah alat komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain sebagai organizer individu, namun terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet akses, mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan, sebagai address book, dan juga spreadsheet. PDA terbaru bahkan memiliki tampilan layar berwarna dan kemampuan audio, dapat berfungsi sebagai telepon bergerak, HP/ponsel, browser internet dan media players. Saat ini banyak PDA dapat langsung mengakses internet, intranet dan ekstranet melalui Wi-Fi, atau WWAN (Wireless Wide-Area Networks). Dan terutama PDA memiliki kelebihan hanya menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/ touch screen.7)
Perusahaan Apple Computer-lah yang pertama kali mengenalkan PDA model Newton MessagePad di tahun1993. Setelah itu kemudian muncul beragam perusahaan yang menawarkan produk serupa seperti yang terpopuler adalah PalmOne (Palm) yang mengeluarkan seri Palm Pilots from Palm, Inc dan Microsoft Pocket PC (Microsoft). Palm menggunakan Palm Operating System (OS) dan melibatkan beberapa perusahaan seperti Handspring, Sony, and TRG dalam produksinya . Microsoft Pocket PC lebih banyak menggunakan MS produk, yang banyak diproduksi oleh Compaq/Hewlett-Packard and Casio. 9) Bahkan saat ini juga telah muncul Linux PDA, dan smart phone. Coba klik :
http://www.mobiletechreview.com/. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA). Dokter, mahasiswa kedokteran, perawat, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta informasi perawatan terakhir. "Aplikasi klinis yang banyak digunakan selama ini adalah referensi tentang obat/drug reference.
Bahkan sebuah PDA dengan pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah tersedia. PDA semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang data pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat pula diakses secara virtual di mana pun kapan pun, dengan bandwidth ponsel yang diperluas atau jaringan institusional internet nirkabel kecepatan tinggi yang ada di rumah sakit. Di samping itu data pasien atau gambar kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran atau riset, demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Meski demikian, PDA tidak akan dapat menggantikan komputer/dekstop/laptop. Tetapi setidaknya, alat ini akan memberikan kemudahan tenaga kesehatan untuk mengakses informasi di mana saja.
Fungsi bantuan PDA untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan data dan menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan; PDA dapat menyimpan daftar nama, email, alamat website, dan diary/agenda harian; PDA sangat berguna untuk program pembelajaran keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan pasien-perawat. Apabila pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan tingkat mutahir dapat diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan peran tatap muka hubungan interaksi perawat-pasien (telenursing). PDA dapat menunjang pengumpulan data base pasien dan RS, yang berguna untuk kepentingan riset dalam bidang keperawatan. Sudah selayaknya institusi pendidikan keperawatan sebaiknya memberikan penekanan penting dalam kurikulumnya, untuk mulai mengaplikasikan "touch" over "tech" (sentuhan tehnologi dalam bidang keperawatan). Sehingga saat si perawat tersebut telah lulus, mereka dapat mengintegrasikan tehnologi dalam asuhan keperawatan.
Dengan adanya komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan mutu perawatan kepada pasien, dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat. Sebagian besar perawat secara umum masih "gaptek" tehnologi, termasuk PDA. Kita bisa memulai bergabung dengan grup penggermar PDA dan masuk dalam kelompok/komunitas, atau dapat pula belajar dari para dokter, membuka website tutorial/panduan PDA, mempelajari dari buku dan dari perawat lain yang telah terbiasa menggunakan PDA. Mulailah mencoba dari hal yang sederhana seperti agenda harian, organizer, mengambil/upload gambar, games, musik, dsb.
Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu sendiri. Namun sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit atau pendidikan keperawatan, agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi informasi/nursing computer secara luas di negara kita. Di Indonesia seyogyanya akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari institusi pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam interaksi belajar mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus praktek mahasiswa di RS apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa dapat langsung akses browser internet.
Demikian pula halnya di level manajer keperawatan setingkat Kepala bidang Keperawatan/supervisor keperawatan di RS pun demikian. PDA sebagai organizer, dan smart phone dapat membantu bidang pekerjaan perawat dalam peran sebagai manajer. Setiap kegiatan rapat, pengambilan keputusan, penggunaan analisa data dan teori keperawatan dapat diakses segera melalui PDA. Setiap data yang ada di RS dapat pula bermanfaat untuk bahan analisa riset keperawatan, masukkan untuk perumusan kebijakan/policy dan penunjang sistem TI (tehnologi informasi) di RS. Sehingga bukan tidak mungkin akan tercipta nursing network (jaringan keperawatan online) yang dapat memberikan pertukaran informasi data dan program kesehatan secara online tanpa mengenal batas geografis.
Akan ada saatnya dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan keperawatan akan bersinggungan dan berjalan seiringan dengan perkembangan percepatan tehnologi. Sentuhan asuhan keperawatan dimasa mendatang bukan tidak mungkin, akan semakin banyak berkembang pesat. Aplikasi telemetry (alat monitor jantung pasien) di ruang rawat semisal medikal pada pasien jantung koroner/MI, yang dimonitor melalui CCU untuk melihat irama dan patologi, sistem data base pasien, dan bahkan di Singapura telah dikembangkan alat pengukuran suhu pasien dengan dimonitor melalui komputer - menjadi terobosan baru yang perawat perlu ketahui. Hingga ada saatnya pula tehnologi informatika dapat membantu mengurangi beban kerja perawat, dan meningkatkan akurasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan di Indonesia.
Perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia nampaknya masih sangat minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat. Kemungkinan faktor penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia dengan teknologi informatika khususnya PDA, masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat, dan belum terintegrasinya sistem infirmasi manajemen berbasis IT dalam parktek keperawatan di klinik. Mungkin perlu ada terobosan-terobosan dari organisasi profesi perawat bekerjasama dengan institusi pelyanan kesehatan untuk lebih mengaplikaskan lagi sistem informasi manajemen berbasis IT dalam memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang terasa menyulitkan dan membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program tersebut. Namun setelah terbiasa terasa sangat membantu perawat sehingga mengurangi administrasi kertas kerja dalam asuhan keperawatan. Seperti contohnya, perawat tidak perlu lagi mengisi format tanda vital/vital signs pasien (dengan pulpen warna biru, merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan langsung entry ke komputer. Sehingga yang semula ada sekitar 6 lembar kertas kerja yang perlu diisikan, sekarang cukup 1 saja yaitu nurses notes (catatan keperawatan)
Di negara-negara berkembang perawat informatik belum dikenal dan berkembang, sistem informasi keperawatan di rumah sakit atau instansi kesehatan lainnya lebih banyak diambil alih oleh ilmu disiplin lain. Ilmu disiplin lain memang diperlukan untuk pengembangan informatika karena dalam pengembangan sistem keperawatan informatik yang dijalankan oleh perawat informatik pun akan memerlukan kolaborasi disiplin ilmu lain, tetapi alangkah lebih baik jika perawat informatik berperan aktif dalam sistem informatika keperawatan karena perawat akan lebih mengenali dunia keperawatan.
Keperawatan informatik memerlukan informasi terintegrasi dari semua area sehingga dapat memfasilitasi perawat dalam mengakses data dan informasi tentang klien. Memudahkan perawat untuk menyediakan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi.
Empat area utama dalam informasi klien yang dilaksanakan oleh perawat informatik:
1. Client information: Data pertinient, Immediate physical care, Demograpic information, Client support system
2. Institusional information: Data immediate concern
3. Domain knowledge: literatur and clinical experience for nursing knowledge and related diciplin
4. Procedural knowledge: prosedural for performing tasks
Ada 7 area untuk nursing informatik
1. Menggunakan data klien untuk informasi dan pengetahuan yang menunjang dalam asuhan keperawatan.
2. Mendefinisikan data dalam asuhan keperawatan klien
3. Menganalisa dan memberikan pendidikan kesehatan tentang asuhan keperawatan klien
4. Membuat rencana baru (inovasi) dalam teknologi asuhan keperawatan klien
5. Menerapkan ergonomi komputer untuk perawat informatik
6. Mengintegrasikan sistem yang ada dari berbagai disiplin ilmu
7. Mengevaluasi sistem asuhan keperawatan yang telah dijalankan sebelumnya
Perawat informatik mempunyai jenjang karir yang luas, mulai dari perawat informatik klinik, manajer project, konsultan, pendidik (system educator), peneliti, dan pengembang produk (mengembangkan sistem baru), system specialist, policy developer, enterpreneur, dan lain-lain (lampiran). Perbedaan perawat informatik dan tenaga informatik dari ilmu disiplin lainnya adalah perawat informatik lebih terfokus pada ilmu keperawatan dan pengembangannya.
Hambatan dalam pengembangan keperawatan informatik meliputi banyak factor yaitu ketidaksiapan budaya masyarakat terhadap fenomena keperawatan yang makin maju, dukungan pemerintah yang belum optimal, ketidakseragaman pandangan dari institusi-institusi penyelenggara pendidikan keperawatan di Indonesia, dan masih kurangnya perawat informatik di Indonesia.





BAB III
KESIMPULAN

Ilmu keperawatan telah berkembang pesat di beberapa negara di dunia tetapi hal ini belum terjadi di Indonesia. Kondisi masyarakat masih belum memahami bahkan menerima bahwa keperawatan ternyata memiliki area yang luas di bidangnya, tidak terbatas pada praktik klinik (kuratif). Salah satu area disiplin ilmu keperawatan yang masih belum populer yaitu perawat informatik.
Perawat informatik adalah salah satu area spesialisasi dari ilmu keperawatan yang berkembang dan mulai dikembangkan di Indonesia. Keperawatan informatika bermanfaat untuk menunjang tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan baik di area klinik maupun non-klinik.
Saat ini posisi manajemen keperawatan informatik masih banyak diambil alih oleh ahli dari disiplin ilmu lain. Kenapa hal ini dapat terjadi? Inilah tantangan untuk para perawat kenapa keadaan di negara-negara berkembang, sangat berbeda dengan keadaan perkembangan keperawatan informatik di luar negri misal USA, Australia, Canada, Jepang, dan beberapa negara maju lainnya.






DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Yati. (2005) Penggunaan Literatur Dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia 9 (1) Maret 2005, p.32-35. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Anonymous.NursingInformatics.http://www.allnursingschools.com/faqs/informatics.php. diakss tanggal 21 oktober 2007
Anonymous .Nursing Informatics. http://www.cnia.ca/intro.htm. Diakses tanggal 21 oktober 2007
Anonymous.Nursinginformatics.http://en.wikipedia.org/wiki/Nursing_Informatics..diakses tanggal 21 oktober 2007
McCartney, Patricia Robin, RNC, PhD, FAAN. Keeping Readers “Plugged In”: Nursing Informatics Then and Now. http://www.blackwell-synergy.com/doi/full/10.1111/j.1751-486X.2007.00122.x. Diakses tanggal 21 oktober 2007
Thede, Linda. (2003). Informatics & Nursing Opportunities & Challanges 2ed. Philadelphia: Lippincott
Tutik, Rr. (2005) Pemanfatan Teknologi Informatika Dalam Dunia Pendidikan. Jurnal Keperawatan Indonesia 9 (1) Maret 2005, p.26-31. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia